Makalah Peran Sektor Pertanian di Benua Afrika (Mesir)


TUGAS PERKULIAHAN
PENGANTAR ILMU PERTANIAN
Peran Sektor Pertanian di Benua Afrika (Mesir)


 
Image result for logo utm


Disusun oleh :
May Anggi Anesti                            170321100012
Ahkmad Zaynuri Alfarizi                 170321100022
Devi Sauca Atma Sattwika             170321100028
Raviatul Firda Afwa                         170321100030
Ajeng Arum Putri Wulan Sari        170321100032
Sulastri Alaida Putri                        170321100034
Muhammad Yusri Mustahdi          170321100070
Viola Tinara Putri                             170321100072
Moh. Sudi                                          170321100084


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN



BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Pertanian merupakan sektor yang sangat penting untuk menunjang kehidupan di suatu negara, karena seperti kita ketahui bersama setiap negara membutuhkan hasil pertanian untuk dikonsumsi oleh warga negaranya. Namun pada faktanya tidak semua negara dapat menghasilkan produk pertanian, bahkan negara yang menghasilkan produk pertanian pun banyak yang tidak dapat mencukupi kebutuhan warga negaranya.
Seperti kita ketahui bersama bahwa sebagian besar negara yang ada di benua Afrika merupakan negara berkembang atau bahkan tergolong negara tertinggal. Namun berbeda dengan negara Mesir yang merupakan salah satu negara maju yang terletak di benua Afrika. Negara Mesir letaknya di Afrika bagian utara yang bersebrangan langsung dengan benua Asia. Maka tak heran jika kondisi di Mesir memiliki kemiripan dengan kondisi di wilayah Asia.
Negara Mesir memang merupakan negara maju, namun berbeda dengan negara maju lainnya yang sektor pertaniannya tidak begitu baik, terkadang negara maju tidak memfokuskan pembangunan pada sektor pertanian, karena sebagian besar negara maju lebih memfokuskan pada pembangunan industri atau pada pembangunan di bidang teknologi. Di negara Mesir selain memiliki sektor industri yang baik, juga memiliki sektor pertanian yang terbilang cukup baik.

1.2 Rumusan Masalah

a)    Apa saja peran sektor pertanian di negara Mesir?
b)    Apa saja hasil pertanian yang dihasilkan negara Mesir?
c)    Bagaimana peran sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian negara Mesir?
d)    Apa permasalahan utama sektor pertanian Negara Mesir?

1.3 Tujuan

a)    Agar mengetahui peran sektor pertanian di negara Mesir
b)    Agar mengetahui hasil pertanian yang dihasilkan negara Mesir
c)    Untuk mengetahui peran sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian negara Mesir
d)    Untuk mengetahui permasalahan utama pertanian Negara Mesir

BAB II PEMBAHASAN 

2.1 Peran Sektor Pertanian Di Negara Mesir

Bangsa Mesir adalah salah satu kelompok orang pertama yang memulai pertanian, kemungkinan sekitar 10.000 SM, atau mungkin sejak 5200 SM. Berdasarkan data FAO (Food and Agriculture Organisation, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB), penggunaan lahan pertanian di Mesir utamanya adalah untuk menanam bahan makanan pokok seperti gandum (1 juta hektar), jagung (882 ribu hektar), padi (588 ribu hektar), dan sorghum (142 ribu hektar). Tanaman lain yang dihasilkan adalah kapas yang ditanam di lahan seluas 300 ribu hektar dan gula yang ditanam di lahan seluas 121 ribu hektar.
Mesir dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki suhu dan terik matahari tertinggi di dunia dengan suhu rata-rata pada Mei – September mencapai 38o C. Pada musim panas, untuk daerah-daerah gurun, suhunya antara 7 - 43oC, dan bahkan di musim dingin mencapai 0oC. Curah hujan di negeri ini relatif rendah dengan rata-rata 18 mm per tahunnya yang berkisar dari 0 mm di daerah gurun hingga 200 mm di daerah utara pesisir Laut Tengah.
Peradaban Mesir dari jaman kuno hingga saat ini tidak ada artinya tanpa kehadiran Sungai Nil yang terus mengalir dari Upper Egypt (selatan) hingga Lower Egypt (utara). Sungai Nil disebut-sebut sebagai sumber kehidupan dan peradaban sejak 3.000 S.M., karena melalui sungai inilah masyarakat memperoleh air minum, mengairi ladang dan minum ternak, menangkap ikan sekaligus dipakai sebagai jalur transportasi. Sebelum dibangunya bendungan Aswan pada tahun 1970, petani di lembah Nil bergantung pada siklus naik turunya debit air dan banjir tahunan di sungai itu. Setelah bendungan ini selesai, irigasi membuat lahan pertanian di Mesir meningkat dan tidak lagi terlalu tergantung pada siklus tahunan sungai Nil.
Pada tahun 2016 penduduk negara Mesir sebanyak kurang lebih sebanyak 95,69 juta jiwa dan hampir semua penduduk Mesir hidup di wilayah aliran sungai Nil, karena sebagian besar wilayah Mesir adalah gurun pasir dan dengan sekitar 95% penduduknya lebih menyukai tinggal di pinggiran Sungai Nil, terutama Iskandariyah dan Kairo, dan sepanjang Delta Nil dan juga dekat Terusan Suez. Karena itu pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama Mesir, dengan sekitar 29% warganya bekerja di bidang pertanian dan menyumbang 11% dari produk domestik bruto.
Pada awalnya petani di Mesir bertani hanya dengan menggali lubang di tanah untuk tiap benih dengan batang kayu. Akan tetapi cara tersebut membutuhkan banyak tenaga dan waktu, terutama karena tanah di Mesir keras dan liat, dipengaruhi oleh luapan air sungai Nil, sehingga sulit membuat alur disana. Jadi sekitar 3000 SM orang Mesir menciptakan bajak yang ditarik hewan untuk memudahkan proses bercocok tanam. Saat masa panen tiba, orang mesir pergi ke ladang untuk memanen. Biasanya pria memotong tanaman menggunakan sabit, sedangkan wanita mengambil gandum dan mengikatnya. 
Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan dan prioritas utama dalam pembangunan. Total area pertanian pada tahun 2006 mencapai kurang lebih 8.47 juta feddans (1 feddans = 0.42 Ha) dan proyek-proyek pembangunan secara vertikal sudah ditargetkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian sehingga diharapkan sama produktivitasnya dengan 14,6 juta feddans.

2,2 Hasil Pertanian yang Dihasilkan Daerah-daerah di Negara Mesir

Komoditas utama pertanian yang dikembangkan untuk daerah-daerah subur adalah barley dan gandum untuk pembuatan roti yaitu sebagai bahan makanan pokok masyarakatnya, selain itu terdapat juga jagung, kapas, kentang, dan padi. Bawang merah, bawang putih, terong, buncis, kol, mentimun, adalah sebagian jenis sayuran yang hanya ditanam pada lahan yang tidak terlalu luas. Tanaman rami banyak dimanfaatkan untuk minyak dan membuat bahan tekstil linen. Sedangkan buah-buahan yang dibudidayakan adalah anggur, kurma, dan sitrus. 

2.3 Cara Petani dan Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Kualitas Pertanian

Petani sudah menerapkan pertanian organik pada lahan pertaniannya dengan tujuan meningkatkan kualitas produksi, ramah lingkungan yang mengarah pada kualitas hidup konsumen. Dengan penerapan sistem pertanian organik seperti ini, memudahkan pelaku pertanian untuk memperoleh sertifikat dan kemudahan mengakses pasar internasional dan mempromosikan kegiatan perdagangannya.
Departemen Pertanian negara tersebut sudah banyak memfasilitasi petani yang sebagian pendanaannya didukung oleh negara-negara pendonor baik dibidang ekonomi maupun pemberdayaan masyarakat di perdesaan, dengan cara meningkatkan ketrampilan dan juga kemampuan para pelaku – pelaku dalam pertanian. Penanggulangan dan pemberdayaan masyarakat miskin, yakni sekitar 10,7 juta (17% dari jumlah populasi) masih menjadi prioritas utamanya. Program kegiatan yang dilakukan antara lain adalah peningkatan pendapatan masyarakat perdesaan melalui perbaikan teknik budidaya pertanian, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Secara lebih spesifik, beberapa teknik pertanian yang sudah diintroduksikan kepada petani adalah dengan mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi, penerapan manajemen tanah dan air secara lebih baik, praktek-praktek pertanian organik, agroekosistem, kesehatan lingkungan dan upaya-upaya untuk mempertahankan keanekaragaman hayati sekaligus memfasilitasi dalam membuka saluran pemasaran yang dapat diakses oleh petani kecil sehingga memiliki peluang yang sama dalam mengakses pasar domestik maupun global. 

2.4 Permasalahan Utama Sektor Pertanian Negara Mesir       

Permasalahan utama yang masih dihadapi masyarakat petani di Mesir adalah terbatasnya lahan yang subur (3,3 juta Ha) dan ketersediaan air. Kegiatan pertanian menggunakan hampir 80 persen air yang sebagian besar tersedia pada Sungai Nil. Kebanyakan daerah, hanya memperoleh sedikit atau curah hujan yang kurang efektif. Hal ini mendorong Pemerintah untuk membuat kebijakan pertanian dan program-program penelitian yang mengarah pada peningkatan produksi melalui intensifikasi, efisiensi sarana produksi pertanian, menekan pengaruh negatif lingkungan, efetivitas dan efisiensi pengelolaan sumberdaya alam dan manusia. Kebijakan ini diperkuat pula dengan membangun irigasi (termasuk membuat water tank, cystern, dsb), infrastruktur di perdesaan juga pemberian kredit pertanian dengan bunga rendah (6-8% per tahun).
Sedangkan reformasi pertanian yang sudah dilakukan Pemerintah Mesir antara lain adalah mengurangi kontrol pada harga input dan output pertanian, mengurangi struktur kuota hasil dan sistem distribusi pertanian, mengurangi campur tangan pemerintah dalam penentuan pola tanam, privatisasi baik perdagangan pertanian baik domestik dan ekspor, utamanya untuk beras, kapas, dan gula tebu.


BAB III INTERPRETASI


Mesir adalah salah satu negara di bagian benua Afrika yang memiliki suhu yang ekstrim sehingga dapat berdampak terhadap baik buruknya pembangunan sektor pertanian. Namun pada faktanya pertanian di Mesir cukup baik dan mampu menyumbangkan 11% dari produk domestik bruto di negara Mesir. Hal itu dikarenakan pengembangan teknologi pertanian serta departemen Pertanian negara tersebut sudah banyak memfasilitasi petani yang sebagian pendanaannya didukung oleh negara-negara pendonor baik dibidang ekonomi maupun pemberdayaan masyarakat di perdesaan, dengan cara meningkatkan keterampilan dan kemampuan para pelaku–pelaku dalam pertanian.
Penggunaan lahan secara optimal juga dapat berpengaruh dalam pengembangan sektor pertanian. Penggunaan lahan di negara Mesir berdasarkan FAO (Food and Agriculture Organisation, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB) ), penggunaan lahan pertanian di Mesir utamanya adalah untuk menanam bahan makanan pokok seperti gandum (1 juta hektar), jagung (882 ribu hektar), padi (588 ribu hektar), dan sorghum (142 ribu hektar).
Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan dan prioritas utama dalam pembangunan. Total area pertanian pada tahun 2006 mencapai kurang lebih 8.47 juta feddans (1 feddans = 0.42 Ha) dan proyek-proyek pembangunan secara vertikal sudah ditargetkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian sehingga diharapkan sama produktivitasnya dengan 14,6 juta feddans. Meskipun dalam prakteknya Mesir menggunakan teknologi canggih namun tidak meninggalkan cara bercocok tanam secara tradisonal seperti pengairan dengan cara menampung atau mengumpulkan air hujan, aplikasi pupuk organik, rotasi tanaman, dan intensifikasi pertanian.
Komoditas utama pertanian Mesir adalah gandum untuk pembuatan roti yaitu sebagai bahan makanan pokok masyarakatnya, selain itu terdapat juga jagung, kapas, kentang, dan padi. Bawang merah, bawang putih, terong, buncis, kol, mentimun, adalah sebagian jenis sayuran yang hanya ditanam pada lahan yang tidak terlalu luas. Tanaman rami banyak dimanfaatkan untuk minyak dan membuat bahan tekstil linen. Sedangkan buah-buahan yang dibudidayakan adalah anggur, kurma, dan sitrus. 
Namun, dibalik Negara Mesir mampu menyumbangkan 11% hasil pertaniannya terhadap PDB Mesir, juga terdapat masalah dalam pengembangannya yakni terbatasnya lahan yang subur (3,3 juta Ha) dan kurangnya ketersediaan air. Kegiatan pertanian menggunakan hampir 80 persen air yang sebagian besar tersedia pada Sungai Nil. Kebanyakan daerah hanya memperoleh sedikit curah hujan yang kurang efektif. Hal ini mendorong Pemerintah untuk membuat kebijakan pertanian dan program-program penelitian yang mengarah pada peningkatan produksi melalui intensifikasi, efisiensi sarana produksi pertanian, menekan pengaruh negatif lingkungan, efetivitas dan efisiensi pengelolaan sumberdaya alam dan manusia. Kebijakan ini diperkuat pula dengan membangun irigasi (termasuk membuat water tank, cystern, dsb), infrastruktur di perdesaan juga pemberian kredit pertanian dengan bunga rendah (6-8% per tahun).

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bangsa Mesir adalah salah satu kelompok orang pertama yang memulai pertanian, kemungkinan sekitar 10.000 SM, atau mungkin sejak 5200 SM. Pada tahun 2016 penduduk negara Mesir sebanyak kurang lebih 95,69 juta jiwa dan hampir semua penduduk Mesir hidup di wilayah aliran sungai Nil. Sungai Nil disebut-sebut sebagai sumber kehidupan dan peradaban sejak 3.000 S.M. bagi warga Negara Mesir.  Oleh karena itu pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama Mesir, dengan sekitar 29% warganya bekerja di bidang pertanian dan menyumbang 11% dari produk domestik bruto.
Berdasarkan data FAO (Food and Agriculture Organisation, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB), penggunaan lahan pertanian di Mesir utamanya adalah untuk menanam bahan makanan pokok. Komoditas utama pertanian yang dikembangkan untuk daerah-daerah subur adalah barley dan gandum untuk pembuatan roti yaitu sebagai bahan makanan pokok masyarakatnya, selain itu terdapat juga jagung, kapas, kentang, dan padi. Dibandingkan daerah utara Mesir, masyarakat di daerah selatan relatif miskin karena berdomisili di daerah gurun pasir dan Oasis, sehingga terisolasi dalam jalur perdagangannya baik lokal maupun internasonal.
Departemen Pertanian sudah banyak memfasilitasi petani yang sebagian pendanaannya didukung oleh negara-negara pendonor baik dibidang ekonomi maupun pemberdayaan masyarakat di perdesaan, dengan cara meningkatkan keterampilan dan juga kemampuan para pelaku–pelaku dalam pertanian. Walaupun sudah diterapkan berbagai teknologi pertanian yang relatif modern, Mesir dikenal pula sebagai salah satu Negara agraris yang tetap mempertahankan praktek-praktek dan kegiatan pertanian tradisionalnya.
Permasalahan utama yang masih dihadapi masyarakat petani di Mesir adalah terbatasnya lahan yang subur (3,3 juta Ha) dan ketersediaan air. Kebanyakan daerah, hanya memperoleh sedikit atau curah hujan yang kurang efektif.

4.2 Saran

Dari permasalahan utama yang masih dihadapi masyarakat petani di Mesir adalah terbatasnya lahan yang subur (3,3 juta Ha) dan ketersediaan air. Kegiatan pertanian menggunakan hampir 80 persen air yang sebagian besar tersedia pada Sungai Nil. Kebanyakan daerah, hanya memperoleh sedikit atau curah hujan yang kurang efektif. Menurut kami, selain mengoptimalkan pemanfaatan Sungai Nil sebaiknya Pemerintah membuat sebuah tandon air hujan untuk menampung air hujan. Selanjutnya air yang di tampung tersebut digunakan sebagai sumber irigasi suplementen lahan pertanian.

Daftar Pustaka





Komentar