Apa sih Manajemen dalam Peternakan dan Bagaimana Penerapannya??


Manajemen adalah merupakan paduan seni (art) dan ilmu (science), seni dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang khas dimiliki secara alami (bawaan), sedangkan ilmu adalah kemampuan seseorang hasil dari pendidikan dan pengalaman di dalam menyelenggarakan suatu proses yang berkaitan dengan pemeliharaan (perawatan), pengelolaan (pengurusan), dan pengontrolan (pengawasan) terhadap suatu objek untuk mencapai suatu maksud dan tujuan. Betapa pentingnya aspek manajemen dalam bidang peternakan, faktor tersebut dapat membawa ke arah keberhasilan atau kebangkrutan usaha. Oleh karena itu, manajemen merupakan kunci kegiatan yang sepenuhnya bergantung pada kualitas manusianya sebagai subjek pemeran utama.  Aspek manajemen tidak dapat dihitung jumlahnya dan juga sulit untuk mengukur keterampilan manajemen secara parsial.  Penilaian dapat dilakukan hanya berdasarkan hasil akhir dari suatu kegiatan, apakah manajemennya baik atau buruk.
Dalam bidang peternakan sapi perah, terdapat istilah general management (tatalaksana peternakan) dan practical management (tatalaksana rutin peternakan).  General management adalah pengelolaan semua faktor produksi, termasuk pemasaran, sedangkan practical management adalah tatalaksana rutin yang dijalankan sehari-hari yang berkaitan dengan ternaknya.  Secara umum penilaian dan keberhasilan dalam peternakan sapi perah yang telah dijalankan oleh peternak, dapat digambarkan atau ditinjau dari berbagai aspek dalam proses budidaya peternakan, sebagai berikut:
1.    Aspek Produksi
Ø Tingkat produksi susu per ekor tinggi, tetapi secara ekonomi masih tetap berada dalam batas-batas yang menguntungkan.
Ø Produksi susu per tenaga kerja mencapai rasio (imbangan) yang tinggi.
Ø Jumlah sapi yang dipelihara cukup banyak, tetap selalu dalam imbangan yang menguntungkan.
Ø Produksi hijauan (tanaman makanan ternak) per hektar cukup banyak, sehingga memungkinkan tersedia sepanjang tahun.
2.    Aspek Reproduksi
Ø Setiap ekor sapi perah dewasa beranak tiap tahun dengan selang beranak tidak lebih dari 14 bulan.
Ø Semua aspek reproduksi yang bernilai ekonomis (masa kosong, service per conception, conception rate, umur pertama kawin, dan umur beranak) selalu dipertahankan pada tingkat yang efisien menguntungkan.
Ø Setiap pedet yang dilahirkan tumbuh normal dan tingkat pertumbuhan sesuai dengan umurnya.
Ø Selalu tersedia sapi pengganti (replacement stock) dengan umur dan bobot badan yang seragam.
3.    Aspek Ekonomi
Ø Tingkat keuntungan (profit) per ekor sapi selalu dapat dipertahankan tinggi, berarti investasi pada setiap ekor sapi perah tetap berada pada tingkatan rendah.
Ø Tenaga kerja digunakan secara efisien pada berbagai sektor produksi, sehingga ongkos tenaga kerja yang dikeluarkan cukup memadai.
Ø Perhitungan dan penggunaan modal (capital) dilakukan secara tepat dan efisien terhadap unit-unit produksi.
Ø Kualitas produksi selalu dapat dipertahankan, sehingga nilai jual tinggi.
4.    Aspek Fasilitas
Ø Pengadaan sarana dan fasilitas dalam jumlah yang memadai dan efisien dalam penggunaannya.
Ø Penempatan perkandangan dan bangunan-bangunan lainnya diatur secara strategis dan efisien bagi para tenaga kerja, serta luasnya sesuai dengan kebutuhan.
Ø Pelaksanaan dan penggunaan semua catatan (recording) dari setiap kegiatan dilakukan secara teratur dan akurat, sehingga dapat mempermudah dan memperlancar evaluasi, serta pembuatan keputusan yang bersifat manajemen (managerial).

Kualitas seorang peternak/manager yang berhasil adalah mereka mimiliki beberapa karakteristik (sifat) sebagai berikut:
1.  Sikap / Pendirian. Mereka positif, percaya, optimistik, dan fleksibel. Mereka mempunyai satu sikap “dapat mengerjakan” yang memungkinkan mereka mencari jalan pemecahan daripada alasan me-ngapa tidak dapat diselesaikan. Mereka seperti orang lain dan orang yang suka dihubungkan dengannya. Mereka tahu bagaimana bekerja dengan orang. Mereka mengilhami dan memotivasi orang. Mereka bangga menjadi apa adanya mereka, bangga hubungannya dengan industri dan optimistik terhadap masa depannya dan industri.
2.  Perencana. Mereka menyusun khusus, tujuan yang dapat dicapai, keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek dan panjang. Mereka merencanakan dengan hati-hati alur pencapaian tujuan.
3.  Pekerja. Mereka suka bekerja, baik fisik maupun mental, dan mereka mengetahui bahwa hal tersebut penting untuk memperoleh keberhasilan.
4.  Pemikir. Mereka menggabungkan fakta, menilainya secara objektif, dan memperhatikan alternatif sebelum tiba pada tujuan. Mereka selalu mencari ide, tekhnik, dan metode baru yang memampukan mereka mengerjakan sesuatu secara efektif atau lebih produktif.
5.  Penilai. Mereka selalu menilai catatan, usaha, dan performa ternak, mencari alur lemah. Bila kelemahan dapat ditandai, manajer yang sukses menentukan prioritas dan memperbaikinya. Mereka menilai kemajuan keseluruhan terhadap pencapaian tujuan, dan, bila kemajuan lambat atau tidak ada, mereka memperbaiki rencananya untuk meningkatkan kemajuan.
6.  Pandangan ke depan. Mereka mempunyai kemampuan untuk menduga masalah dan menghindarinya. Jadi mereka menghindari usaha terpaksa saat keputusan tergesa-gesa tanpa evaluasi hati-hati yang dapat merugikan.
7.  Pengetahuan.Mereka mempunyai pengetahuan menyeluruh dan mutakhir dalam hal per-sapiperah-an. Mereka membuktikan bahwa penelitian melengkapi terus menerus pengetahuan baru yang dapat diterapkan kepada persapiperahan untuk meningkatkan produktivitas dari sapi dan tenaga kerja. Mereka membaca, menulis, dan bepergian untuk menjaga kemutakhiran.

Secara garis besarnya, seorang peternak/manager dapat dinilai berhasil dengan baik jika dilihat dari segi:
1.       Skala usaha atau jumlah sapi yang dipelihara semakin berkembang dalam proporsi atau rasio ternak yang menguntungkan
2.     Keberhasilan menggunakan metode usaha yang baik, sehingga selalu memberikan jaminan dari usahanya yang kurang menguntungkan menjadi suatu usaha yang lebih menguntungkan

Studi Kasus
Permasalahan pada peternakan Kelompok Tani Ternak di daerah Nangkasawit yaitu penyakit Gumboro. Cara mengatasi Gumboro dapat dilakukan dengan melakukan program vaksinasi yang teratur disertai dengan program biosekuriti dan sanitasi. Vaksinasi pada ayam pedaging diperlukan untuk mencegah penyakit gumboro yang bersifat klinis. Widjaja et al., (2006) menyatakan bahwa vaksin untuk mencegah penyakit gumboro diberikan pada umur 2 minggu melalui air minum. Terdapat tiga kategori vaksin yang digolongkan berdasarkan patogenisasinya yaitu mild, intermediate dan virulent. Tipe vaksin IBD intermediate paling umum digunakan yang dapat menstimulasi ayam pedaging dalam memproduksi antibodi lebih awal dari pada tipe vaksin mild, dan tanpa menyebabkan kerusakan pada bursa Fabricius seperti pada tipe vaksin virulen. Adjid et al. (2014) menyatakan bahwa program vaksinasi ayam ras diwajibkan untuk mendapat kekebalan pada anak-anak ayam, sehingga dapat menahan ancaman virus Gumboro ganas dari lapang.

Pencegahan penyakit Gumboro dapat dilakukan melalui program biosekuriti dan sanitasi. Upaya untuk melaksanakan biosekuriti salah satunya dengan melakukan desinfeksi atau semprot terhadap kandang, orang, peralatan atau kendaraan yang melintas antar kandang pada ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuwardani et al. (2011) yang menyatakan bahwa pencegahan gumboro dapat dilakukan dengan hal – hal seperti desinfeksi pada peralatan dan kandang. Selain melakukan semprot kandang, sanitasi peralatan kandang (tempat minum, tempat ransum) juga wajib dilakukan. Wahyuwardani  et al. (2015) menyatakan bahwa langkah untuk mencegah penyakit gumboro yaitu dengan sanitasi lingkungan secara berkala, jika kandang yang pernah ditemukan kasus gumboro dan sanitasi kandang tidak diperhatikan dengan baik maka dapat ditemukan kasus yang sama.


Sumber: Master Kuliah Manajemen Ternak Perah FAPET UNPAD

Komentar